Jumat, 11 Juni 2010

Paseban Kemangi: prosesi persiapan perang


Ketika Sultan Agung memutuskan perang terhadap Belanda di Batavia, semua Adipati, Tumenggung dan para pembesar kerajaan dipanggil pada suatu pertemuan agung di Kerajaan Mataram yang dipimpin langsung oleh Sultan. Setelah melalui perapatan serta saran-saran dari para adipati ataupun para pembesar kerajaan, maka keputusan akhirnya Mataram menyatakan perang terhadap Belanda di Batavia. Para pimpinan perang pun diputuskan, dan diputuskan juga panglima perangnya, yaitu Tumenggung Bahurekso, Adipati Kendal dan Gubernur Pesisir Laut Jawa.

Bisa dibayangkan bahwa Kendal pada akhirnya menjadi pusat perhatian para sentono kerajaan. Para bupati, tumenggung maupun pembesar kerajaan lainnya perahtiannya tertuju pada figur Tumenggung Bahurekso dan Kadipaten Kendal sebagai pusat pertahanan dan berkembang menjadi pusat persiapan angkatan perang menuju ke Batavia. Kendal memang memiliki catatan sejarah yang agung. Betapa tidak, Kendal menjadi tempat berkumpulnya para pembesar-pembesar kerajaan. Banyak adipati atau tumenggung yang harus meninggalkan daerahnya dan berkumpul di Kendal.

Menurut beberapa catatan, para pembesar-pembesar kerajaan yang hadair di Kendal dalam rangka persiapan perang melawan Belanda di Batavia, antara lain:
1. Tumenggung Bahurekso
2. Pangeran Purboyo
3. Pangeran Djoeminah
4. Tumenggung Mandurorejo
5. Tumenggung Upashanta
6. Tumenggung Kertiwongso, asal Jepara
7. Tumenggung Wongso Kerto
8. Tumenggung Rajekwesi
9. Raden Prawiro/Pangeran Sambong
10. Pangeran Kadilangu
11. Pangeran Sojomerto
12. Raden Sulamjono, putera Tumenggung Bahurekso
13. Raden Banteng Bahu, putera Tumenggung Bahurekso
14. Kyai Akrobudin
15. Kyai Mojo dan Kyai Sandi, pengawal Pangeran Sambong
16. Tumenggung Begananda
17. Raden Haryo Sungkono
18. Raden Muthohar
19. Tumenggung Pasir Puger
20. Pangeran Karang Anom
21. Pangeran Tanjung Anom
22. Tumenggung Panjirejo
23. Pangeran Puger
24. Tumenggun Singoranu, Patih MAtaram, pengganti Ki Juru Mertani
25. Aria Wiro Notopodo atau Suropodo
26. Tumenggung Wiroguno
27. Raden Bagus Kumojoyo
Dan tentunys masih banyak lagi tokoh-tokoh kerajaan yang hadir dalam pertemuan persiapan perang ke Batavia.

Bahurekso memutuskan bahwa pertemuan persiapan perang tidak dilakukan di pendopo kabupaten tetapi di sebuah tempat yang dekat dengan pantai. Oleh para peserta pertemuan akhirnya disepakati bahwa tempat pertemuannya harus dirahasiakan. Tempat yang dipilih ternyata di tengah hutan/persawahan. Tepatnya di bawah pohon yang rindang. Pohon itu sekarang ini dikenal dikenal dengan nama Pohon Kemangi.

Pohon itu terletakdi tengah-tengah persawahan/pemakan (sekarang), masuk wilayah Desa Jungsemi Kecamatan Kangkung. Dan tempat itu pada akhirnya dijadikan sebuah pemakaman yang masih terkenal keramat. Namun ada keterangan lagi bahwa pohon kemangi itu adalah sebuah pohon yang lurus ke atas laksana sebuah payung. Dari sekian puluh peserta paseban di Kemangi, semuanya terlindungi. Bahkan ada yang menerangkan lagi bahwa peserta paseban tidak akan bisa dilihat oleh mata telanjang karena memang sudah dipayungi oleh pohon kemangi serta oyot mimang yang ditanam oleh Tumenggung Rajekwesi atau Ki Gede Kemangi.

Penanggung jawab pertemuan diserahkan pada Tumenggung Rajekwesi atau Ki Ageng Kemangi. Tokoh ini yang mengatur prosesi pertemuan dari awal sampai akhir dan bahkan termasuk keamanan para tokoh-tokoh kerajaan dari intaian telik sandi atau intel/mata-mata pihak lawan. Oleh karenanya daerah-daerah yang dijadikan pintu masuk para petinggi kerajaan itu dijaga dengan ketatnya. Tidak hanya itu, penjagaan dengwan cara batin dan spiritual pun dilakukan dengan baik.

Siapa sebenarnya Tumenggung Rajekwesi itu? Memang tidak banyak yang tahu. Belum ada catatan sejarah yang menerangkan tokoh ini secara jelas. Tokoh ini mempunyai peranan sangat penting pada pertemuan itu. Demi keselamatan para pemimpin kerajaan dan demi suksesnya pertemuan persiapan perang, maka tempat di sekitar pertemuan dipagari dengan oyot mimang, yang kokoh bagai pagar besi. Bahkan lebih kokoh dari pagar besi. Oyot mimang seperti dalam cerita tutur merupakan kinayah bagian dari ayat suci Al-Qur'an. Oyot berasal dari kata ayat, Mimang diambil dari petikan-petikan huruf/kata dari ayat kursi, yaitu Mim-ma. Untuk lebih jelasnya perhatikan ayat al-qur'an yang lebih dikenal dengan nama ayat kursi:
"...Allahu laa ilaaha illa huwal khaiyul Qoyyum laa ta'khudzuhu sinatun wala naum. Lahuu maa fissamawaati wamaa fil ardli. Man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi'idznihi ya'lamu ma baina aidihim wa maa kholfahum walaa yukhiithuuna bisyai'in min 'ilmihi illaa bi maa syaa'. Wasi'at Kursiyyuhussamaawaati wal ardli walaa ya-uduhu khifdhunma wahuwal 'aliyyul 'adhiim...".
Artinya: "...Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia,Yang Mahahidup lagi Mahategak. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Baginya segala yang ada di langit dan segaa yang ada di bumi. Siapakah yang akan dapat membeikan pertolongan di sisi-Nya, tanpa seizin-Nya. Dia Maha Mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka, dan apa-apa yang ada di belakang mereka, dan mereka tidak akan dapat menjangkau ilmu-Nya sedikitpun, kecuali pengetahuan yang telah dikehendaki oleh-Nya. Singgasana-Nya sangat luas, seluas semua langit dan bumi. Dia Mahaluhur lagi Mahaagung..."(al-baqoroh: 225).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar